ANALISIS SURAT EDARAN MAHKAMAH AGUNG NO. 3 TAHUN 2018 TENTANG HAK NAFKAH IDDAH BAGI ISTRI CERAI GUGAT
Abstract
Marriage is a crucial social institution that serves religious, social, and legal purposes. In Islam, marriage is considered a sacred bond, governed by strict principles that ensure the rights and responsibilities of both husband and wife. Divorce, as a legal and religious concept, is permissible in Islam under specific conditions to prevent harm and injustice in marital relationships. This study focuses on the concept of khulu’, a form of divorce initiated by the wife with compensation provided to the husband, and its application in Islamic law and Indonesian legal frameworks. The research employs a qualitative normative approach, analyzing laws and regulations, religious doctrines, and scholarly interpretations related to marriage, divorce, and khulu’. Primary sources include Indonesian legislation such as Law No. 1 of 1974 on Marriage, the Compilation of Islamic Law (KHI), and Supreme Court Regulation (PMA) No. 3 of 2017. Secondary sources consist of books, journal articles, and scholarly works on family law in Islam. Findings reveal that Islamic law provides structured mechanisms for divorce, including khulu’ and fasakh, to ensure justice and protect the welfare of both parties. Indonesian law complements these provisions by regulating post-divorce rights, such as nafkah iddah (maintenance during the waiting period) and mut'ah (consolatory gift). However, challenges persist in the practical implementation of these rights due to limited public awareness, societal stigma against women who initiate divorce, and weak enforcement of court rulings. This study underscores the importance of integrating Islamic principles and modern legal frameworks to uphold justice and equality in marital and post-marital relationships. It highlights the need for greater public education and legal reform to address existing gaps in the protection of women's rights in divorce cases.
References
Elvina Jahwa, Desi Pitriani Siregar, M. Riski Harahap, Ihsan Mubarak, and Ali Akbar. “Konsep Perkawinan Dalam Hukum Islam Dan Hukum Nasional Di Indonesia.” Journal Of Social Science Research 4, no. 1 (2024): 1692–1705.
Hikmatiar, Erwin. “Nafkah Iddah Pada Perkara Cerai Gugat.” SALAM: Jurnal Sosial Dan Budaya Syar’i 3, no. 2 (2016): 131–72. https://doi.org/10.15408/sjsbs.v3i1.3316.
Idary, Muhammad Tsaqib, Rhamdani Wahyu Sururie, and Idzam Fautanu. “Hak-Hak Perempuan Dalam Cerai Gugat.” Jurnal Ekonomi, Manajemen, Akutansi 3, no. 4 (2024): 963–71.
Khaira, Ummul, and Azhari Yahya. “Pelaksanaan Upaya Perdamaian Dalam Perkara Perceraian (Suatu Kajian Terhadap Putusan Verstek Pada Mahkamah Syar’iyah Bireuen).” Jurnal Penelitian Hukum De Jure 18, no. 3 (2018): 319. https://doi.org/10.30641/dejure.2018.v18.319-334.
Kusmidi, Henderi. “Khulu’ (Talak Tebus) Dan Implikasi Hukumnya Dalam Perspektif Hukum Islam.” EL-AFKAR : Jurnal Pemikiran Keislaman Dan Tafsir Hadis 7, no. 1 (2018): 37. https://doi.org/10.29300/jpkth.v7i1.1586.
Nur, Asiah. “Kajian Hukum Terhadap Perkawinan Beda Agama Menurut Undang-Undang Perkawinan Dan Hukum Islam.” Jurnal Hukum Samudra Keadilan 10, no. 2 (2015): 214. https://media.neliti.com/media/publications/240404-kajian-hukum-terhadap-perkawinan-beda-ag-31c2c207.pdf.
Rahman, Muhammad Aidil, Fauziah Lubis, Universitas Islam, and Negeri Sumatera. “Perlindungan Hukum Terhadap Hak Atas Nafkah ’iddah Istri Yang Mengajukan Cerai Gugat Perspektif Sema Nomor 3 Tahun 2018” 8, no. 14 (2023): 935–43.
Saragih, Taufiq Fathur Ronzie, Sahmiar Pulungan, and Adlin Budhiawan. “Hukum Nafkah Mut’ah Dan Idah Istri Dalam Perkara Khuluk (Analisis Terhadap Sema No 3 Tahun 2018 Tentang Pemberian Nafkah Idah Dan Mut’ah Pada Perkara Cerai Gugat).” Al-Mashlahah Jurnal Hukum Islam Dan Pranata Sosial 10, no. 01 (2022): 225. https://doi.org/10.30868/am.v10i01.2443.
Sigli, Stis Al-hilal. “Pemberian Nafkah Iddah Kepada Isteri Yang Mengajukan Cerai Gugat Telaah Putusan Mahkamah Agung Nomor 137K / AG / 2007 Khairilina PENDAHULUAN Umumnya Menjadi Korban Dari Perceraian Dapat Memperoleh Hak-Hak Yang Seharusnya Ia Penurut , Patuh Dan Taat Kepada Suami . Meskipun Demikian , Perempuan Kerapkali Mendapatkan Masyarakat Muslim . Bedanya Jika Suami Yang Menggugat Maka Diajukan Dalam Bentuk ( Sopyan , 2011 ). Akibat Dari Terjadinya Talak ( Talak Raj ’ i ) Yang Diajukan Oleh Sumai , Maka Ada Perkawinan Mengaturnya Dalam Salah Satu Pasal , Yaitu Pasal 41 Huruf c Diatur Salah Satu Dari Biaya Penghidupan Dan / Atau Menentukan Sesuatu Kewajiban Bagi Mantan Istri ( Manan , 2008 ). 149 Huruf b “ Memberi Nafkah , Maskan ( Tempat Tinggal ) Dan Kiswah ( Pakaian ) Yang Layak Pembebanan Nafkah Iddah Ini Kepada Suami Yang Mentalak Atau Menceraikan Istrinya Adalah Sebagai Bentuk Tanggung Jawab Suami Dan Juga Konsekuensi Bagi Suami Yang Menceraikan Istrinya , Dikarenakan Siistri Yang Dijatuhi Talak Raj ’ i / Diceraikan Itu Selama Hingga Masa Iddahnya Berakhir . Dalam Masa Iddah Ini Masih Ada Hak Suami Yang” 15, no. 2 (2021).
Yulianti, Devi, R.Agus Abikusna, and Akhmad Shodikin. “Pembebanan Mut’Ah Dan Nafkah ‘Iddah Pada Perkara Cerai Talak Dengan Putusan Verstek.” Mahkamah : Jurnal Kajian Hukum Islam 5, no. 2 (2020): 286. https://doi.org/10.24235/mahkamah.v5i2.7285.
